Cara Memaafkan Diri Sendiri - Penuh penyesalan akan masa lalu, banyak kesalahan yang telah terjadi dan banyak juga dendam yang tak bisa terbalaskan karena keadaan. Semua itu akan menyesakkan dan menyulitkan langkahmu untuk berkembang. Maafkan dirimu akan semua kejadian masa lalu, lalu melangkahlah dengan lebih ringan dan melaju lebih jauh dari sebelumnya.
Artikel ini akan saya jelaskan dengan bercerita dengan beberapa bagian yang saling berkaitan. Semoga dengan cara ini kamu lebih mudah memahami cara saya untuk bisa memaafkan diri sendiri.
Menyadari Kesalahan
Saya masih teringat kejadian masa SMP di tahun 2009. Pergaulan saya begitu bebasnya dan saya salah arah. Di usia belia itu sudah akrab dengan perkelahian, alkohol dan kawan-kawannya. Dunia tidak berjalan seperti yang saya harapkan. Teman jadi lawan, gengsi jadi motivasi, haram di halalkan hingga akhirnya dendam pun tertanam. Dendam dengan orang lain, dendam dengan keadaan serta dendam dengan diri sendiri.
Menemukan Titik Balik
Beruntung saat semester akhir menjelang ujian nasional saya diberikan hidayah oleh Tuhan melalui cara yang tidak terkira. Di saat sedang teler di tongkrongan yang semuanya setengah sadar, perhatian saya teralihkan pada satu kalimat sepele “nek ngeneki terus gek arep dadi opo to cah” yang dalam bahasa indonesia kurang lebih “jika masih seperti ini, terus mau jadi apa kita”. Entah kalimat itu muncul dari mulut siapa, namun kalimat itu yang terngiang jelas di kepala saya, bahkan nada bicaranya pun saya masih ingat, dan itu adalah suara orang teler.
Beberapa waktu berselang dari hari itu dan suara itu masih terngiang di kepala. Singkat cerita saya menyadari apa yang saya lakukan adalah kesalahan. Saya langsung menarik diri dari tongkrongan itu, berusaha menghindar dan menutupi semua kejadian yang sudah saya lakukan dari orang tua. Dan apa yang terjadi setelahnya? tepat tiga hari setelah saya memutuskan untuk menarik diri, tongkrongan itu di grebek warga beserta beberapa tokoh desa. Kabar penggerebekan pun terdengar ke telinga ibu saya, dan ini yang dikatakan ibu saya.
“Untunge kowe ki ra tau dolan karo bocah-bocah sek di grebek wingi le, dadi ra keseret-seret kasuse”
“Beruntung kamu tidak pernah main bareng anak-anak yang digerebek kemarin nak, jadi tidak ikut terseret kasusnya”
Mendengar perkataan itu, saya hanya terdiam mengangguk sambil merasakan lega, sedih, senang, beruntung, terharu, campur aduk lah. Andaikan saya tidak menarik diri, saya bahkan tidak berani membayangkan seperti apa reaksi orang tua jika saya ikut digerebek warga saat itu. Disinilah saya menyadari untuk benar-benar membuat lembaran baru yang lebih baik.
Menerima Keadaan
Memulai lembaran baru tidak semudah yang mungkin kamu bayangkan. Tentunya akan ada banyak hal yang berusaha menarik kembali ke lembaran lama. Banyak juga masalah yang masih terus mengikuti dan menghantui sampai membuat saya membenci kenangan saya pada masa SMP itu. Kebencian yang semakin lama berubah menjadi dendam yang tak bisa dibalaskan.
Memulai Perbaikan Diri
Perjalanan saya mulai membaik ketika saya menemukan cara untuk bisa memaafkan diri sendiri. Proses ini terjadi ketika saya mulai masuk bangku SMK, yang mana saya menjauh dari circle lama dan memulai circle baru di sana. Menyibukan diri dengan berbagai kegiatan sekolah, organisasi dan lainnya. Masuk lah saya di sebuah organisasi dengan nama PIK-R Pratama (Pusat Informasi dan Konseling Remaja). Disini saya berada di lingkungan yang mana menilai jika kesalahan saya di masa lalu justru menjadi nilai lebih bagi saya.
Saya diminta untuk jujur dan terbuka dengan segala kesalahan saya dan malah diminta untuk menceritakan di depan forum. Saya justru dipercaya untuk memaparkan materi tentang kampanye anti narkoba, di sisi saya, saya merasa ini cara agar saya memutus rasa malu saya. Tapi ternyata di sisi pembina organisasi, ini adalah cara agar saya bisa melihat jika kesalahan saya dulu, bisa jadi kelebihan saya saat ini untuk bisa mengingatkan remaja lain agar tidak terjerumus kesalahan yang sama.
Menemukan Makna
Puncaknya, jika tidak salah, di tahun 2013, saat saya masih kelas sebelas SMK. Saya diajak lah untuk mengisi seminar oleh pembina organisasi di auditorium kampus Universitas PGRI Yogyakarta. Pikir saya hanya sekedar mendampingi, mengingat itu adalah salah satu rangkaian acara ospek mahasiswa baru dengan ratusan peserta. Ternyata sayalah yang diminta untuk naik panggung membawakan materi anti narkoba. Momen yang sampai saat ini aura panggungnya masih terasa. Seorang pelajar SMK memberi materi pada Mahasiswa baru. Terlepas seperti apapun penampilan saya saat membawakan materi itu, tapi di situ saya sangat puas karena merasakan betapa berharganya pengalaman buruk saya bagi mereka yang mungkin hidupnya baik-baik saja.
Kesimpulan
Memaafkan diri sendiri itu dimulai dengan menerima keadaanmu, memperbaiki hidupmu, berikan sedikit waktu dan ambillah sisi positif dari kejadian pahit yang kamu alami. Semua kejadian dalam hidupmu memanglah proses yang harus kamu lalui untuk menjadikan dirimu yang saat ini. Jika orang sering mengatakan Ujian Hidup, ya itu analogi yang tepat, setelah fase ujian, kamu akan mendapat nilai yang bisa menentukanmu untuk naik kelas atau tidak. Jadi, tetaplah semangat untuk berfikir positif dan mencari kelebihan dari apa yang menjadi kekuranganmu saat ini. Semua kejadian pasti ada manfaatnya tergantung bagaimana kamu menerima dan menyikapinya.
Terima kasih untukmu karena sudah membaca sampai akhir. Berikan pendapatmu di kolom komentar. Semoga artikel ini bermanfaat, sampai jumpa di artikel selanjutnya.