Alasan Resign dari Pekerjaan - Dalam perjalanan karir saya sejak tahun 2014, setidaknya saya menghabiskan waktu empat tahun awal untuk berpindah-pindah pekerjaan. Menyesal? Tentu tidak, saat itu saya berada dalam kesadaran penuh untuk mengambil keputusan atau menerima kondisi yang mengharuskan saya berpindah pekerjaan. Tujuan pekerjaan selanjutnya pun benar-benar acak, alasan resign dari tiap pekerjaan pun bervariasi.
Kali ini saya akan merangkum beberapa alasan saya keluar dari pekerjaan saya dulu, dan inilah alasan saya resign dari pekerjaan.
Gaji tidak sesuai harapan
Yang paling relate dengan semua orang tentunya masalah gaji. Bekerja dengan gaji yang tidak sesuai harapan tentunya tidak bisa membuat saya betah disana. Ketidaksesuaian yang paling sering adalah kurangnya gaji yang bahkan tidak mencapai UMR, atau ada beberapa yang pekerjaannya menurut saya melebihi gaji yang dibayarkan sehingga saya merasa dimanfaatkan bukan dipekerjakan.
Selain nominal yang kurang, ada juga beberapa tempat yang menggunakan sistem penggajian dengan berkedok tunjangan. Tunjangan kehadiran lah, tunjangan kinerja lah, tunjangan makan lah, dan tunjangan-tunjangan lain. Banyak tunjangan harusnya makin bagus dong? Mungkin kamu berpikir demikian, tapi ada kok tunjangan yang hanya sebagai kedok agar bisa mengurangi gaji karyawan. Harusnya kamu sudah paham maksud dari kedok tunjangan ini tanpa perlu saya jabarkan.
Masalah secara nominal saja sudah tentu menjadi hal yang memberatkan karyawan untuk bisa bekerja lebih baik lagi, tapi masih ada masalah lain selain nominal. Masalah itu adalah gaji yang tak kunjung dibayarkan, atau ditunda dengan alasan yang sering tidak masuk akal.
Baca Juga : Setiap Orang Memiliki Perjuangannya Sendiri
Biar bagaimanapun, gaji itu adalah hak karyawan, dan kewajiban pemberi kerja untuk memberikan gaji sesuai nominal dan tanggal yang disepakati. Jadi jika kamu menemukan tempat kerja yang semodel ini, mungkin kamu perlu mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan lain dan kemudian resign dari tempat itu.
Jobdesk yang tidak jelas
Namanya karyawan pasti memiliki job desk yang sesuai dengan jabatannya. Tapi saya menemukan loh pekerjaan yang jobdesknya tidak jelas. Tidak jelas disini bukan seperti karyawan serabutan ya, itu sih tidak jelas karena memang kesepakatan posisinya memang untuk mengerjakan pekerjaan serabutan.
Yang saya maksud tidak jelas disini adalah, ketidaksesuaian jobdesk jabatan dengan realita pekerjaan yang dikerjakan. Gambarannya, misalkan kamu menjabat sebagai Staf IT yang mana jobdesknya adalah mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan IT, tapi realitanya malah turun ke lapangan juga, kadang kala jadi sales juga dan lainnya.
Baca Juga : Meningkatkan Ketelitian Saat Bekerja
Setelah saya beberapa kali mengalami kejadian seperti ini, saya bisa menyimpulkan jika perusahaan yang job desk nya tidak jelas ternyata memang manajemennya masih amburadul. Kalau memang disepakati untuk merangkap jabatan sih masih mending, tapi yang seperti ini biasanya bosnya cuma seenak udel aja nyuruh kesana kemari dengan alasan agar saya bisa belajar lebih banyak. Terima kasih atas perhatiannya bos, cuma jika bertemu perusahaan macam ini, lebih baik kamu benar-benar pelajari kondisi perusahaannya. Apakah masih layak untuk kamu bertahan dan berjuang merintis bersama, atau sudah saatnya kamu tinggalkan.
Jenjang karir minim
Semakin banyak pengalaman pahit di dunia kerja membuat saya semakin kritis ketika masuk perusahaan baru. Tidak semua pengalaman kerja saya pahit kok, ada juga yang menyenangkan, gaji pas dengan jobdesk, namun masih ada tapinya. Tapi, jenjang karirnya minim sehingga akan sulit untuk berkembang. Penyebabnya beragam, diantaranya yang sudah saya temui adalah, posisi atas sudah diisi karyawan senior yang terjebak zona nyaman, terlihat jika mereka adalah orang-orang yang selamanya akan ada di perusahaan ini.
Selain jabatan terisi, ada juga yang memang perusahaannya masih merintis dan perputaran uangnya belum stabil. Perusahaan semacam ini yang saya temui tidak akan pernah menaikan jabatan karyawan karena alasan tidak mau menambah beban gaji perusahaan. Ketemu yang model begini, antara pasrah dengan keadaan atau ya sudah tinggalkan. Saya memilih meninggalkan, karena saya tidak mau waktu saya sia-sia untuk bekerja yang tidak ada jenjang karirnya.
Baca Juga : Bekerjalah Untuk DIrimu Bukan Untuk Atasanmu
Korban fitnah karyawan lain
Dulu saya kira fitnah karyawan itu hanya ada di sinetron, ternyata saya benar mengalaminya. Yang bagian ini saya cuma bisa wanti-wanti saja padamu untuk berhati-hatilah dengan sesama karyawan. Mereka memang rekan dalam bekerja, tapi mereka adalah musuh dalam mempertahankan penilaian kinerja. Tetap waspada kawan.
Gulung tikar
Yang sedih adalah jika saya berhenti bekerja di suatu tempat karena usahanya harus gulung tikar ataupun pindah lokasi ke luar kota. Kejadian ini saya alami dua kali dan keduanya adalah pekerjaan yang sangat nyaman untuk saya. Tidak bisa berkomentar karena memang keputusan si pemilik usaha untuk bertindak demikian. Sebagai karyawan yang terpaksa ditinggalkan pun saya juga cuma bisa menerima keadaan dan melanjutkan hidup. Semoga kamu tidak mengalami kejadian begini ya.
Sudah cukup belajar
Alasan yang pasti terdengar klise, tapi nyatanya saya rasakan. Ada tiga pekerjaan yang saya tinggalkan karena merasa sudah cukup belajar. Disamping itu alasan pendukungnya adalah, setelah saya mengetahui pekerjaan itu, saya menyadari jika itu bukanlah pekerjaan yang saya harapkan. Bahasa kerennya “not my passion” gitu lah. Tidak apa-apa kok jika kamu memang merasa pekerjaanmu bukan passionmu dan kamu memutuskan resign, hanya saja pastikan keputusanmu sudah dipertimbangkan dengan matang ya.
Baca Juga : Definisi Sukses Setiap Orang Itu Berbeda, Bahkan Sesederhana Jajan Batagor
Dipecat
Alasan terakhir, dipecat. Saya tidak akan memberikan pembelaan apapun soal ini. Saya dipecat dua kali, yang pertama karena alasan nomor 4, yang kedua murni kebodohan saya. Dalam dunia kerja, banyak celah yang bisa disalah gunakan. Dan keputusan untuk tetap jujur itu kembali ke diri masing-masing. Kesalahan saya adalah saya terlena dengan keadaan dan merasa pintar karena bisa memanfaatkan celah pekerjaan untuk keuntungan pribadi. Dan semua kebodohan saya langsung mendapat sanksi yang sebenarnya masih sangat diringankan. Saya hanya diberikan SP3 dan tidak dituntut untuk mengembalikan kerugian perusahaan. Bonusnya adalah, surat SP3 yang siang tadi saya terima, malamnya ditemukan Ibu saya. Terlihat jelas kesedihan di wajahnya, dan itu menjadi trigger saya untuk tidak akan mengulangi kebodohan yang sama lagi apapun kondisinya.
Itulah cerita saya tentang alasan saya pernah resign dari pekerjaan. Mengingatkan saja, berpindah-pindah pekerjaan itu bukan hal yang mudah karena kita harus mengulangi lagi berkenalan dan beradaptasi. Tapi jika memang itu diperlukan demi kelanjutan masa depan yang lebih baik, silahkan perjuangkan. Selama kamu belum memiliki tanggungan keluarga, puas-puaskanlah untuk mencari pekerjaan yang memang paling sesuai dengan dirimu.
Terima kasih untukmu karena sudah membaca sampai akhir. Bagikan jika menurutmu ini bermanfaat. Boleh bagikan juga alasanmu resign dari pekerjaan di kolom komentar. Semoga artikel ini bermanfaat, sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Artikel Terkait : Mindset Bekerja