Kamis, 30 Mei 2024

Menikah Bukan Ajang Balapan Tapi Ketahanan

Menikah Bukan Ajang Balapan Tapi Ketahanan

Pernikahan Bukan Ajang Balapan tapi Ketahanan
- Menikah bagi mayoritas masyarakat di Indonesia adalah suatu keharusan, kadang juga menjadi tuntutan. Tapi menikah bukan soal balapan siapa yang lebih cepat menikah, tapi menikah adalah ajang ketahanan siapa yang mampu bertahan hingga akhir hayat memisahkan.


Sudah menjadi bahan meme ataupun lelucon di kalangan anak muda tentang pertanyaan basa-basi yang sebenarnya tidak perlu di tanyakan, seperti “kapan nikah?” dan berbagai pertanyaan turunannya. Munculnya lelucon tentang itu, menurut saya adalah reaksi masyarakat yang sudah resah dengan pertanyaan itu. Lantas apakah memang menikah itu suatu keharusan?


Saya mengesampingkan sudut pandang agama, saya hanya akan membahas dalam sudut pandang umum. Harus atau tidaknya menikah secara umum tentunya kembali ke individu masing-masing. Apakah salah jika tidak menikah? itu pun kembali ke individu masing-masing. Menurut saya, menikah itu pilihan yang harus dipertanggungjawabkan dengan penuh kesadaran. Mau menikah ataupun tidak menikah, keduanya memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Jadi, harus atau tidaknya menikah, menurut saya tidak harus. 


Pernikahan itu bukan soal memilih pasangan semata, bagi seorang pria, menikah adalah suatu proses dimana seorang pria, meminta seorang perempuan dari kedua orang tuanya. Perempuan yang sudah dilahirkan dengan bertaruh nyawa oleh ibunya, yang dibiayai ayahnya, yang dibesarkan orang tuanya, diberi kasih sayang, dibahagiakan, dicukupkan kebutuhannya, diberikan pendidikan, hingga akhirnya ia pun dewasa dan kemudian bertemu pria pujaan hatinya. Momen mengharukannya adalah, orang tua itu kemudian merelakan anaknya untuk diminta seorang pria yang belum lama mereka kenal. Jadi, bagi kalian pria-pria yang memilih untuk menikah, bertanyalah pada diri kalian, bisakah kalian memberikan istrimu kelak seperti apa yang diberikan orang tuanya?


Begitu besarnya tanggung jawab seorang pria ketika menikah, dan apakah kamu masih bisa dengan mudahnya bertanya “kapan nikah?”. Miris ketika masih mendengar pertanyaan semacam itu terlontar dari mulut-mulut orang berpendidikan, empati kalian dimana?. Kamu mungkin pernah bertanya demikian? Berhentilah kawan, masih banyak pertanyaan basa-basi yang bisa kamu tanyakan, karena bagi mereka yang sedang berjuang untuk memantaskan diri membangun rumah tangga dan dalam proses yang sedang tidak mudah, itu sungguh menyakitkan.


Bagi kamu yang saat ini jomblo, tidak perlu minder, ketika saatnya tiba, jodohmu dipertemukan. Fokuskan dirimu untuk memantaskan diri, baik secara mental maupun materi. Fokus pada pengembangan diri, belajar untuk menjadi pasangan yang baik, belajar menjadi orang tua yang  baik, belajar menjadi guru untuk anakmu kelak dan masih banyak hal yang bisa kamu pelajari sembari mencari siapa dambaan hati. Tidak pula dipungkiri, jika pekerjaan yang mapan juga sekarang menjadi faktor penentu restu. Tingkatkan dulu karirmu, naikkan dulu jabatanmu atau perbesarlah usahamu. Dengan begitu, restu calon mertuamu tentu akan lebih mudah untuk kamu dapatkan.


Menikah itu bisa saja cepat, karena memang biaya menikah sebenarnya murah, bahkan bisa gratis di KUA, tinggal bagaimana egomu kau kalahkan. Jika kamu masih terpengaruh dengan gengsi, maka pastilah nanti pernikahanmu harus mewah dan meriah. Biaya menikah pun semakin tinggi, dan belum tentu semua orang siap akan biaya sebesar itu. Kamu bisa saja mulai menabung sejak saat ini, jika sudah punya pacar bisa juga kamu menabung bersama, itu akan melatih kemampuan kalian mengatur keuangan bahkan hingga setelah menikah nanti.


Sudah banyak kasus perceraian yang terjadi, penyebabnya bahkan bervariasi, dari hal sepele hingga saling tuntut. Kasus kekerasan dalam rumah tangga juga tak sedikit, pemicunya juga ada yang karena hal sepele. Maka, kedewasaanmu akan menentukan bagaimana perjalanan pernikahanmu. Sebesar apapun masalah yang kemudian hari dihadapi, ingatlah tujuanmu menikah. Dalam pernikahan ada banyak kebahagian, namun kesulitannya juga tidak sedikit. Kemampuanmu untuk dapat bertahan dari semua itulah yang akan menentukan kelanggengan pernikahanmu.


Kembali ke poin utamanya, pernikahan bukanlah ajang balapan yang menuntut siapa cepat dia juara, tapi ini soal ketahanan setelah pernikahan berapa lama kah kalian bertahan dengan segala dinamika pernikahan. Satu kunci utama yang saya yakini adalah rasa syukur. Jikapun belum menikah saat ini, bersyukurlah karena kamu diberi waktu lebih banyak untuk bisa memantaskan diri. Jikapun saat ini kamu sudah memiliki pacar dan bersiap untuk menikah, bersyukurlah karena kamu sudah diberi kepercayaan untuk bisa mengambil seorang wanita yang begitu dicintai kedua orang tuanya. Dan jika pun sekarang kamu sudah menikah, bersyukurlah bahwa sekurang-kurangnya pasanganmu saat ini, itulah versi terbaik pasangan yang disiapkan Tuhan untukmu.


Terima kasih untukmu yang sudah membaca sampai akhir. Artikel ini saya buat karena beberapa teman yang datang menemui saya curhat tentang rumah tangganya yang tidak baik-baik saja, bahkan hampir bercerai. Tulisan ini adalah sepenggal dari saran yang saya sampaikan ke mereka. Bagikan ke temanmu, berikan pendapatmu di kolom komentar. Semoga artikel ini bermanfaat, sampai jumpa di artikel selanjutnya.


2 komentar